Friday, March 15, 2019

Asal Seruan Dayak Luangan Bawo (Lawangan) “Regan Tatau Mateledok Loyang Danum”

AAA – IZIN BERCERITA TENTANG  SEDIKIT ASAL USUL KITA DAYAK LUANGAN BAWO (LAWANGAN)

"REGAN TATAU MATELEDOK LOYANG DANUM" DAN CERITA INI HIMPUN DARI TETUHA DIKAMPUNG AMPAH
Suku Dayak Luangan (Lawangan) dulunya tinggal didaerah hulu sungai paser kenilo tepatnya kawasan TELAKE ADANG (Lentuung), disana hiduplah budaya menyerupai belian, cara cara mengayam, menciptakan bendo dan persenjataan dan ukir ukiran. Pada suatu ketika mereka didatangi oleh Odang Jawa, atau dengan bahasa lain disebut kaum penjajah. Orang Luangan terus di intervensi biar mengikuti kemauan mereka Mereka menginginkan orang Luangan untuk tunduk atas perintah mereka dan Odang Jawa tersebut menginginkan orang Luangan untuk masuk agama Islam. Orang Luangan merasa itu tidak sesuai dengan susila tradisi budaya dan kebiasaan mereka merekapun berontak dan melaksanakan perlawanan. Namun ada sebagian yang berdasarkan dengan Odang Jawa (dikenal dgn istilah ulun Paser)

Karena orang Luangan tidak mau mendapatkan itu jadinya mereka pergi dengan membawa segala tradisi belian, dan segapa bentuk ritual, tradisi, susila dan budaya mereka ke kawasan TANJUNG RUANG, namun terus dikerjar oleh Odang Jawa, kemudian bergeser ke kawasan BAWO DATAI LINO (Bawo Berarti Gunung/Perbukitan) disanalah mereka bertahan dan melaksanakan praktek belian sehingga muncul istilah Belian Bawo (yg artinya belian orang gunung/bukit/udik) sehabis berada di BAWO DATAI LINO mereka masih dikepung oleh Odang Jawa yg menginterpensi mereka, kemudian mereka pergi menghindar ke BAWO DIA dan melanjutkan segala praktek belian, tradisi, budaya, serta kemampuan berburu dan bercocok tanam, namun berada di tempat itu mereka masih saja dikepung oleh Odang Jawa, dan mereka pun menghindar dan pergi meninggalkan BAWO DIA menuju BAWO KIRING merasa tempat itu kurang kondusif mereka berpindah ke BAWO KINSO yg masih 1 wilayah dengan bawo kiring (Kiring Bawo Kinso) disana mereka menanam segala jenis buah buahan yg berdasarkan orang bau tanah masih ada hingga kini dan pohonnya besar besar.

Setelah cukup usang berada di BAWO KINSO mereka kembali dikejar oleh Odang Jawa yang memaksa mereka untuk mengikuti kemauan Odang Jawa, dan orang Luangan kembali menghindar ke suatu kawasan yg dinamakan JAWIT dan disana mereka menemukan Belontang (Patung Dari Kayu Ulin), namun di Jawit mereka merasa tidak cocok untuk meneruskan segala praktek dan tradisi mereka jadinya mereka pergi lagi ke BOLANG sehabis dari bolang mereka berpindah lagi menuju OTANG BAWO SOLAI nah disana terdapat pohon besar tempat lebah menciptakan sarang dan menghasilkan madu yg di sebut Tonga Taniran yg dahannya ada 3 dan disanalah suku Dayak Luangan itu terbagi.

Dahan pohon Taniran itu terbagi menjadi 3 arah, ada yg menghadap HULU, ada yang menyebrang sungai KARAU dan ada yg menghadap HILIR sungai Karau. disitu timbul perjanjian jikalau lebah itu menghasilkan madu di dahan sebalah Mata Hari terbit, maka pemilik dahan yg dari hilir dan pemilik dahan seberang sungai Karau dihentikan mengambil madu itu, dan sebaliknya jikalau dahan pohon yg menghadap hilir yang dihinggapi Madu, maka bab pemilik dahan bab hulu dan pemilik dahan yang seberang sungai karau dihentikan memanen madu tersebut. adapun pemilik dari Dahan Tersebut yakni :

1. Dahan yg menghadap hulu itu dimiliki oleh orang Luangan DAMBUNG DOROI, MISIM, BENIAN
2. Dahan yg sebelah kanan dan menyeberangi sungai Karau itu milik orang Luangan PATAS, AYOS, MELUNGAI, BINTANG ARA, TEWOYAN SUNGE SETALAR, TEWOYAN SUNGE TIWEI, PUREI BENTIAN, dan BANUAQ.dll
3. Dahan yg menghadap hilir sungai karau itu milik orang Luangan yg kini tinggal di Sepanjang sungai Karau dan sekitarnya hingga Ampah.

Setelah itu mereka terpisah dengan membawa budaya, taradisi, susila istiadar dan segala bentuk pemujaan, ada yg bertahan di OTANG BAWO (misim, dambung doroi, benian), ada yg pergi ke kawasan Malungai, Patas, Ayos, Montalat, Tiwei, Purei, Benangin) dan ada yg menyusuri sungai Karau.

Orang Luangan (Lawangan) yang menyusuri sungai Karau kemudian singgah dan menciptakan kampung di suatu wilayah yg disebut TANA BAWO (berada di kawasan lereng gunung kesali termasuk dalam wilayah desa Sumber Gerunggung kec.Dusun Tengah) disanalah mereka meneruskan Tradisi Belian Bawo, Tradisi Nyuli, Tradisi Tuyo dan Tradisi dan Budaya dan bentuk Pemujaan Lainnya. di TANA BAWO mereka mengangkant seorang pemimpin yg berjulukan DAMANG NGEYAU maka disana terdapat ori toras yg terbuat dari ulin yg disebut TUKAR DAMANG (tangga pemimpin) dan di TANA BAWO juga tedapat pulau kebun buah buahan yg konon masih ada hingga sekarang.


Pada jadinya orang dayak Luangan (Lawangan) yg di tana bawo tadi menyebar lagi dan menciptakan Kampung didaerah sungai Paku,Beto, Kalamus, Pangkan, Kotam (saing pipa, mawani, tamiang, sedih bulan dan sekitarnya) dan yang kedaerah sungai karau yaitu Patung, Rodok, Puri, Putai, Ampah, dan orang kawasan itulah yg menciptakan ladang kedaerah hulu dan pada jadinya menjelma kampung kecil

(inilah citra umum sejarah suku dayak luangan bawo dan mengenai nama nama tokoh pendiri kampung akan diceritakan riwayat x tersendiri atas kekurangannya mohon maaf)

Penulis : Rory Demam Swip (fb)
Narasumber : Eben Tube (Pak Awit) dari Ampah, Pak Rimba dari Rodok, Martin (Pak Yanto) dari Ampah


EmoticonEmoticon