Wednesday, March 20, 2019

Dongeng Rakyat Kalimantan : Hantu Gergasi (Suku Dayak Mualang)

Di suatu kampung yang terletak di erat bibir Rimba belantara di yang amat lebat serta tanahnya yang subur makmur dan tidak akan kekurangan segala sumber makan serta dikelilingi oleh banyak pedoman sungai, hiduplah sebuah keluarga muda sepasang suami istri.Nama kepala keluarga muda ini ialah Demong Ranjuk dan istrinya yang cantik  jelita dan ketika itu sedang mengandung anaknya yang pertama. Walau tidak disebutkan namanya, istri Demong Ranjuk yang rupawan ini mempunyai rambut lurus, mata bening indah, bibir merak merekah, pipinya selalu merah apabila terkena sinar matahari bagaikan kena getah kayu rengas.

  Seperti warga kampung lainya mereka juga berladang. Demong Ranjuk mempunyai kegemaran berburu, maka beliau mempunyai aneka macam anjing yang dipelihara untuk berburu. Anjing-anjing Demong Ranjuk ini sangat cekatan dan gesit.Pada suatu dikala istri Demong Ranjuk yang sedang hamil ini mengidam yang agak aneh yaitu beliau ingin sekali makan hati pelanduk / kancil putih.
Sudah berpuluh-puluh pelanduk didapatkan namun begitu hasilnya diperiksa hasilnya nihil lantaran warnanya sama menyerupai layaknya hati hewan lain. Demong Ranjuk selalu menenangkan hati istrinya untuk bersabar. Istrinya balasannya tetap bersabar juga, walau ngidamnya agak aneh. Pasangan ini tidak lupa untuk selalu berdoa memohon petunjuk dari Petara ( Tuhan ) biar perkara ini sanggup di luruskan dan dijawab oleh Sang Petara. Tak lupa juga Demong Ranjuk untuk bertanya dan meminta pinjaman kepada teman-teman dan tetua-tetua kampung ihwal alasannya ialah musabab ketaknormalan yang terjadi pada istrinya.Namun semua warga kampung menggelengkan kepala dan balasannya menjawab tidak mengerti. Untuk menjawab segala teka-teki ini maka Demong Ranjuk setuju dengan istrinya untuk berburu di hutan belantara dan bermalam di sana.

   Pada suatu pagi yang cerah, sebelum matahari menyingsing, Demong Ranjuk telah berangkat ke hutandengan satu keinginan sanggup menemukan hati pelanduk putih guna memenuhi ngidam istrinya. Denganperbekalan yang sangat lengkap dan anjing-anjing pilihan, Demong Ranjuk pun berjalan melintasi hutan rimba belantara yang sangat lebat untuk pergi berburu.
Di suatu kawasan yang agak lapang di bibir hutan, anjing-anjing Demong Ranjuk menyalak dengan bunyi yang sangat riuh ketika mereka melihat seekor babi hutan yang renta dan besar. Mendengar bunyi salakan anjing yang sangat ramai itu, Demong Ranjuk pun segera memberi semangat kepada anjing-anjingnya untuk terus mengepung buruannya itu. Terbersit dalam pikiran Demong Ranjuk kalau pada dikala ituanjing-anjingnya sedang menyalak lantaran menemukan seekor pelanduk putih. Namun sehabis balasannya melihat bahwa anjing-anjing tersebut menyalak lantaran melihat seekor babi hutan yang sangat besar dan sudah bertaring panjang, maka Demong Ranjukpun bertekat untuk membunuh babi hutan yang sangat besar tersebut dan nantinya dipakai untuk menciptakan ramuan adonan daun ara bila sang istri tercinta kelak selesai bersalin.

   Demong Ranjuk kemudian menancapkan tombaknya ke arah rusuk babi besar tersebut dan babi itu pun kemudian jatuh tersungkur, namun masih hidup. Kemudian babi itu bangun lagi dan melihat ke arah Demong Ranjuk dan ingin menyeruduk Demong Ranjuk. Karena Serangan babi ini kemudian Demong Ranjuk secepat kilat mencabut bendo dari sarungnya dan mengarahkan bendo tersebut untuk memotong leher babi itu, namun salah sasaran. Parang Demong Ranjuk yang tajam dan besar itu mengenai akar blungkak. Dan nasib sialpun dialami olehnya, bendo Demong Ranjuk itu memantul dan malah memotong kepalanya sendiri hingga putus. Kepala Demong Ranjuk yang terpotong itu kemudian terjatuh ke dalam jurang yang amat dalam. Namun tangan Demong Ranjuk terus meraba-raba untuk mencari kepalanya dan balasannya tangan Demong Ranjuk berhasil menggapai kepala anjing berburunya yang paling besar.Dalam kepanikannya itu Demong Ranjuk balasannya dengan nekat memotong kepala anjing itu hingga putus dan menancapkan kepala anjing itu ke lehernya dan keajaiban kemudian terjadi. Kepala anjing tersebut pribadi melekat dilehernya dan menyatu dengan leher Demong Ranjuk. Dengan kejadian ituakhirnya Demong Ranjuk pun bermetamorfosis " Manusia yang Berkepala Anjing".

   Karena kejadian ini Demong Ranjuk pun malu untuk pulang ke kampungnya dan bertemu dengan istri tercinta yang sedang mengadung anak pertamanya. Dia sangat malu lantaran kenyataan pahit yang dialami dalam hidupnya ini, memang Demong Ranjuk masih hidup menyerupai insan tapi kepalanya sudah bermetamorfosis kepala seekor anjing. Dengan kenyataan ini balasannya Demong Ranjuk menentukan untuk hidup mengembara dan tinggal di dalam hutan secara berpindah-pindah. Dia juga membangun pondok untuk dirinya dan anjing-anjingnya. Di setiap pondok yang dibangunnya beliau menanam pohong pinang yang dulu dibawanya dari dari rumah sebagai kenang-kenangan.
Dengan berlalunya waktu, Demong Ranjuk sudah bertahun-tahun tinggal dan mengembara di hutan dan keadaan tubuhnyapun mulai berubah. Tubuhnya ditubuhi oleh bulu merah dan rupanya menjadi semakin seram. Anjing-anjingnyapun berubah wujud menjadi burung-burung engkererek. Demong Ranjuk kini tidak bebrburu pada siang hari lagi akan tetapi bermetamorfosis pada dikala malam. Demong Ranjuk sudah bermetamorfosis Antu Gergasi
.
Sepertinya dengan Demong Ranjuk, istrinyapun sudah melahirkan seorang anak pria dan dan tumbuh menjadi seorang cowok yang tampan dan gagah. Tak terasa waktu berlalu selama 20 tahun semenjak kejadian di hutan dikala Demong Ranjuk pergi berburu.

   Pada suatu dikala Istri Demong Ranjuk terkejut dikala ia mendengar pertanyyan putranya yang menanyakan ihwal keberadaan bapaknya kepada sang ibu. Istri Demong Ranjuk pun tak sanggup membendung air matanya lantaran terkenang akan suami tercintanya yang telah hilang bagai ditelan bumi. Akhirnya istri Demong Ranjuk pun menceritakan keadaan bahwasanya kepada sang anak ihwal bapaknya. Mengapa sang bapak pergi dan bagaimana sang bapak berusaha mencari hati pelanduk putih yang diidamkannya ketika si anak masih berada dalam kandungannya. Mendengar dongeng itu, pada suatu hari sang anak pamit kepada ibunya untuk mencari sang bapak di dalam rimba. Atas seruan itu, sang ibu memberi ijin dan petunjuk ihwal sang bapak. kalau sang anak melihat pohon pinag yang tumbuh di dalam hutan itulah gejala yang telah ditinggalkan oleh sang bapak di dalam rimba. Setelah itu berangkatlah sang anak ke dalam hutan untuk sanag bapak. Di dalam hutan beliau menemukan banyak bekas pondok dan pohon pinang. Dari bekas pondok ke pondok beliau terus menyusuri jejak sang bapak. Pada pondok ke tujuh , beliau melihat pinang yang sangat lebat dan ada tanda sapa dari kejauhan. Di kawasan itu sang anak melihat sesosok makhluk yang bertubuh insan dan berbulu merah serta berkepala anjing, nalurinya menyatakan bahwa itulah sang bapak dan sang bapak juga mencicipi hal yang sama terhadap anaknya. Mereka berpelukan untuk melepas rindu mereka dalam pertemuan itu.

   Tiga malam sang tinggal dalam pondok yang dibangun oleh sang bapak. Sang bapak lantaran keadaanya yang memilukan tidak pulang, lantaran beliau sudah bermetamorfosis Antu Gergasi. Dia hanya menitip salam untuk ibunya dan biar tetap tabah dan mendapatkan kenyataan yang ada. Dan Sang Ayah meninggalkan pesan kepada anaknya untuk selalu diingat hingga ke anak cucunya nanti. Pesan bapak kepada sang anak, yaitu: "Bila kalian nanti hingga ke anak cucu dan turunan kalian mendengar ada orang berburu dan memanggil anjing-anjing di hutan, segeralah kalian mengkremasi sabut pinang biar kalian tidak menjadi sasaran buruanku."Cerita ini menjadi mitos dalam masyarakat suku Dayak' Mualang. Hingga hingga dikala ini bila oarang Dayak' Mualang bermalam di pondok dalam hutan dan mendengar bunyi orang berburu malam dan bunyi burung engkererek, maka niscaya mereka akan mengkremasi sabut pinang biar Antu gergasi pergi dan berhenti, lantaran beliau tahu kalo mereka masih keluarga dan orang Mualang.

Namun dikala ini menjadi lain bunyi Antu gergasi itu telah hilang dan bermetamorfosis bunyi gemuruh buldoser yang membabat rimba untuk di sulap menjadi perkebunan sawit

( Apollonaris. Sumber cerita: Perua (alm), kampung: Tapang Pulau, Sekadau. Cerita ini juga terdapat pada subsuku Daya' Rumpun Ibanik lainnya ).
Sumber: Majalah Kalimantan Review, No:174/XIX/Februari/2010

Muntay_langit


EmoticonEmoticon