Sunday, March 17, 2019

Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part Iii “Orang Lawangan Pada Zaman Nabi Nuh”

Berikut ialah kisah sejarah Dayak Lawangan, kisah ini bersumber dari artikel salah satu blog, yaitu Bahasa Maanyan, kisah ini merupakan bab ketiga

Dalam artikel tersebut berjudul :
ORANG LAWANGAN PADA ZAMAN NABI NUH

Pada waktu itu disebutkan Bentar Ruang Opat(sesanggan/wadah dari materi kuningan) dan Mansi Bura Lumah (mangkok putih dan piring putih); isyarat iro naan URAN WALO OLO WALO MALEM = hujan delapan hari delapan malam isyarat iro dinaan na utus Owa Langit., maka nabi Nuh mempunyai BENAWA = BAHTERA untuk digunakan oleh orang-orang yang mengikuti beliau hingga tertinggal di Gunung Sinai.

Maka bahtera kepunyaan orang Luangan mengikuti banawa nabi Nuh atau mengikuti bahtera si SOONG ANJANG TIONG MANARUNG TELANG BULAU, Kemudian isyarat iro Bawu Buyung hanya ketore kojie lutuk bawui lembu, leko iro dali balalu mengadakan Balian KASARUNG JATUH, biar DANUN LAYAP LANGIT = kebanjiran hingga ke langit menjadi surut.

Para Balian ini terdiri dari 4 orang bersaudara, Iyu na kepalai enu dali opat manni aran dali :
1.    SOONG ANJANG TIONG
2.    NGERANG TIMANG
3.    NGAYUN BUEN
4.    SOANG NYALIR LANGIT

Karena ”hujan delapan hari delapan malam” belum juga surut maka dilakukanlah BALIAN oleh 4 orang saudara ini tetapi air belum juga surut-surut dan langit belum juga terangkat kemudian datanglah seorang lelaki berjulukan NALAU KAYUN KULANG nama lainnya MA’ SUMPING NGUNJAU BAWE ULEK DA BELUH katanya aka kam hanya Baliana a da iro sulet ke Lengun Langit suba kam ngenu Bentar Ruang Opat enu kam ali Kumpai wai ali Bungu rio Mupun eyu berbentuk Bura Lemit Mea Metum dan Jereu lantaran iro di Danum tau takui langit tau baluwas leka tangku langit iro ege da luyang Danum Pentuer Danum iro ege da Jawan ulu iro naan na ulek Owa Langit kelem dali ngenu mitra iye na ulek iro dehtai biru.

Balalu Jawan Ulu tangkeng Toto Loyang Danum tandong toneng toto bungu rio mumpun Njanteau kumpai owai leka orot nenung iro tongkou langit terou lapas daluyang Danum Pentuer danum toro lapas da Jawan Olu leka iro danum surut langit mengkat magin mongkat sehingga langit dan tanah kembali menyerupai semula, itulah kisah sejarah=Sentume Sepuri “kebanjiran hingga ke langit dan  Balian”

Setelah air surut,perahu orang Luangan bersandar di beberapa tempat, yang ada buktinya bahtera kepunyaan orang Luangan ini di BAWO KINSO atau di hulu sungai TABALONG KIWA.

Orang-orang Luangan pada waktu itu ada juga yang menggunakan PARING BATUNG TEMIANG yang tertinggal di Gunung LANSI di tempat KOTAM kecamatan POTANGKEP TUTUI.

Kemudian 4 orang saudara tersebut membentuk 8 buah kampung, selalu menuturkan kisah diatas secara lisan disalurkan terus menerus, sambung menyambung dari lisan ke mulut.

Dan mulai hidup berkelompok serta melaksanakan acara berzakat atau beribadat di TANJUNG RUANG DATAI LINO. Mereka berkembang sehingga mempunyai banyak corak dan ragam hingga berakhirnya riwayat tempat itu.

Kemudian tumbuh kelompok masyarakat di tempat susukan BENTAS BULAU (Dusun Tengah-Ampah), mereka kembali melaksanakan acara berzakat atau beribadat dan membangun Langgar Tuyo Amal agama Hindu Keharingan Luangan. Kegiatan mereka dipimpin oleh yang berjulukan Kakah Tena selaku penyambung dan penyalur dari nama Mangendang, dikarenakan sesuatu hal menimpa masyarakat ini maka pindahlah mereka ke daerah  SARAP RUANG di lembah Gunung Kesali.

Di situlah mereka kembali melaksanakan acara berzakat dan beribadat. Kepemimpinan dari Kakah Tena diteruskan oleh keturunannya, seorang wanita berjulukan Nerin Bulau. Kelompok masyarakat ini berakhir riwayatnya di LIANG AYAH (Dusun Tengah-Ampah).

Kemudian penerus Kakah Tena membangun kembali kelompok masyarakatnya serta acara berzakat dan beribadat, ditumbuhlah di tempat Kalimantan Timur, di wilayah sungai Kenesi. Kelompok masyarakat ini dipimpin oleh Temanggung Mangunsi pada masa raja-raja/sultan-sultan, hingga berakhir riwayatnya di tempat KENESI.

Kemudian tumbuh lagi di tempat LOPO (wilayah Barito Utara-sungai Muara Teweh), kelompok masyarakat penyambung dari Temanggung Mangunsi. Mereka dipimpin oleh Ma Nampui sebagai pelaksana Tuyo Amal agama Hindu Keharingan Luangan. Sampai berakhir riwayatnya di tempat ini.

Kemudian tumbuh lagi di tempat MUARA UON anak sungai LUANG (daerah Gunung Purei) yang dipimpin oleh Mayan dengan nama gelar Ma Asin....

Kemudian tumbuh lagi di tempat TURAN REKET (Dusun Tengah-desa Rodok) dipimpin oleh Lena dengan nama gelar Ma Belusuh di sungai Gerunggung, anak sungai Tuyau Lelai Ue.....

Kemudian tumbuh lagi di tempat TUYAU (anak desa Rodok) dipimpin oleh Rintis dengan nama gelar Ma Kea........

Kemudian tumbuh lagi di tempat MISIM BENIAN (Dambung Doroi-Dusun Tengah-Ampah) dipimpin oleh Jamban dengan nama gelar Ma Tajur.......

Kemudian tumbuh lagi di desa Rodok dipimpin oleh Reras bin Isal.

Baca Juga :
-    Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part I

SEJARAH SEBELUM ADANYA LANGIT DAN BUMI
-    Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part II
SENTUME DIAN NA'AN MERENSIA = SEJARAH ASAL MULA MANUSIA
-    Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part III
ORANG LAWANGAN PADA ZAMAN NABI NUH
-    Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part IV
SEJARAH KEPERCAYAAN KEHARINGAN LUANGAN
-    Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part V
 “SEJARAH AYUS, INTONG, TIA PELULE
-    Cerita Sejarah Dayak Lawangan Part VI
SEJARAH BERITUN TUNJUNG, MUDA LAYUNG MUDA DAHUR, MUDA LAYANG

Sumber : bahasamaanyan.blogspot.co.id


EmoticonEmoticon