Thursday, March 21, 2019

Asal Permintaan Tari Gantar, Dayak Kaltim

Bicara perihal asal asul dan sejarah pastinya mempunyai daya tarik tersendiri, apalagi jikalau anda suka sejarah.
Dalam post ini sangkay city blog akan membahas perihal asal usul tarian dearah Kalimantan Timur, yaitu tari Gantar, tari gantar sendiri terbagi menjadi tiga yaitu tari Gantar Rayatn, tari Gantar Busai, dan tari gantar Senak dan Kusak.( Baca : jenis jenis tari gantar )

Bicara perihal asal usul, Tari Gantar ini dahulunya hanya ditarikan pada dikala upacara adat. Namun banyak versi yang menceritakan asal mula dari tarian ini. Makara inilah versi-versi tari gantar :

Versi 1  Upacara Tanam Padi

 
Tarian ini dulunya di laksanakan pada upacara tanam padi etika Dayak. sebuah tongkat panjang yang di gunakan dalam menari berfungsi untuk melubangi tanah. Sedangkan bambu yang pendek di gunakan untuk menaburkan benih pada lubang tersebut. Dalam tarian ini penari juga menghentakan kakinya, ini menggambarkan cara menutup lubang yang sudah di taburkan benih tadi. Para penari menari dengan bergembira dengan impian hasil panennya akan berlimpah ruah hasilnya.

Versi 2 Penyambutan Pahlawan pulang dari Peperangan

 
Tari Gantar yakni merupakan tari sakral yang hanya boleh ditarikan dikala para pendekar pulang dari medan peperangan. Tari ini sebagai penyambut kedatangan mereka dan ditarikan oleh gadis-gadis remaja. Properti tongkat panjang yakni sebuah sumpit dan diberi hiasan kepala atau tengkorak musuh (digantungkan) yang telah dibunuh oleh para pahlawan. Sedangkan bambu kecil merupakan peraga unutk mengimbangi gerak tari.

Versi 3 Mitos Cerita Rakyat


Versi ini merupakan sebuah mitos yang merupakan kisah rakyat. Ada suatu mitos yang mengawali lahirnya Tari Gantar. Mitos ini dulunya sangat dipercaya pada masyarakat Dayak Tunjung dan masyarakat Dayak Benuaq. Konon berdasarkan mitos yang berkembang dalam masyarakat Suku Bangsa Dayak Tunjung dan Suku Bangsa Dayak Benuaq bahwa lahirnya Tari Gantar berawal dari kisah di Negeri Dewa Nayu yang diyakini sebagai daerah Dewa Nirwana yang berjulukan Negeri Oteng Doi. Pada suatu hari terjadi kejadian didalam keluarga Dewa di Negeri Oteng Doi atau Negeri Dewa Langit. Keluarga tersebut terdiri dari suatu kepala keluarga yang berjulukan Oling Besi Oling Bayatn. Oling Bayatn mempunyai seorang istri dan dua orang anak putri yang berjulukan Dewi Ruda dan Dewi Bela. Keluarga tersebut hidup tenteram dan tenang di Negeri Oteng Doi. Pada suatu ketika datanglah seorang Dewa yang berjulukan Dolonong Utak Dolonong Payang, tanpa disangka oleh keluarga Oling Besi. Kedatangan Dolonong Utak tenyata beritikad buruk. Oling Besi dibunuhnya dengan tujuan sanggup menikahi istri Oling Besi. Peristiwa tersebut terjadi didepan mata istri dan kedua anak Oling Besi. Karena takutnya istri Oling Besi mendapatkan permintaan Dolonong Utak untuk menikah, namun kedua anaknya menyimpan dendam pada ayah tirinya tersebut.

Hari berganti hari, sehabis kedua Putri Oling Besi menginjak dewasa mereka berdua berencana untuk membunuh ayah tirinya. Pada suatu hari kedua Dewi tersebut akan melakukan niatnya untuk membalas maut Ayah kandungnya pada Ayah tirinya, dikala Ayah tirinya (Dolonong Utak) sedang istirahat di balai-balai rumahnya. Ketika kesempatan itu tiba dibunuhlah dolonong Utak dengan memakai Sumpit. Setelah diketahui bahwa Ayah tirinya meninggal kedua putri tersebut senang, keduanya bersuka cita dan mengungkapkannya dengan menari-nari berdua. Dan sebagai musiknya mereka mencari sepotong bambu pendek dan mengisinya dengan biji-bijian. Ungkapan kepuasan membunuh Dolonong Utak itu di lakukan sampai beberapa hari.


Kemudia dari dunia kejadian di alam Dewa tersebut diketahui oleh seorang insan yang bisa berafiliasi dengan alam Dewa yang berjulukan Kilip. Karena Kilip mengetahui kejadian itu maka Dewi Ruda dan Dewi Bela mendatangi Kilip semoga ia tidak menceritakan kejadian ini kepada Dewa-dewa lain di Negeri Oteng Doi. Kilip menyetujui dengan mengajukan satu syarat yaitu Dewi Ruda dan Dewi Bela harus mengajarkan tari yang mereka lakukan dikala bersuka cita. Tanpa pikir panjang Dewi Ruda dan Dewi Bela pun mengajarinya. Dari hasil pertemuan tersebut Kilip mendapatkan satu bentuk tarian sakral alasannya properti tari tersebut berupa tongkat panjang dan sepotong bambu, maka Kilip memberi nama tarian tersebut sebagai Tarian Gantar yang artinya tongkat (yang bahwasanya sebuah sumpit) dan sepotong bambu yang biasa disebut Kusak.

Baca juga : Tari Gantar Dayak Banuaq dan Tunjung

Itulah asal usul tari gantar Kalimantan timur, semoga artikel ini sanggup bermampaat bagi pembaca. Tabe, 


EmoticonEmoticon